“Cegah Paham Radikal yang Menyasar Generasi Muda”

oleh -560 views
Waka Polda Kepri Brigjen Pol Drs. Didi Haryono. (ist)

Patrolmedia.co.id, Batam – Guna menghimpun gagasan dan cara pandang demi tercapainya satu kesepakatan pola terbaik bagi generasi muda mengantisipasi paham radikalisme dan ideologi anti pancasila, Polda Kepri menggelar workshop Perlindungan Anak dan Pencegahan Paham Radikalisme dan Idiologi Pancasila se-Provinsi Kepri pada Senin (30/10/2017) di Atrium Hotel Allium Batam, pukul 07.00 Wib.

“Diharapkan elemen masyarakat bahu membahu bersama Polri menjalin kemitraan dan bersinergi mencegah paham radikalisme sejak dini terutama bagi generasi muda,” ujar Waka Polda Kepri Brigjen Pol Drs. Didi Haryono, Senin (30/10/2017).

Didi menyebutkan, tantangan nyata bagi keutuhan dan kesatuan bangsa ini adalah terorisme, yang mana tak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa, tapi menciptakan rasa takut di masyarakat. Terorisme juga mengoyak keutuhan berbangsa dan bernegara.

“Terorisme telah membuat kita saling curiga dan saling memusuhi, mencabik ikatan persaudaraan dan nilai-nilai toleransi yang sejatinya menjadi kultur budaya bangsa ini,” tuturnya.

Perlu dipahami, lanjut Didi, ancaman terbesar terorisme bukan hanya terletak pada aspek serangan fisik yang mengerikan, tetapi justru serangan propaganda yang secara masif menyasar pola pikir dan pandangan masyarakat itulah yang lebih berbahaya.

Salah satu kelompok teroris yang sangat meresahkan akhir-akhir ini adalah kelompok yang mengatasnamakan diri Islamic State Of Iraq And Syiria (ISIS). Kelompok radikal terorisme baru ini semakin hari semakin meresahkan. Pengaruh propaganda dan agitasi yang bernuansa kekerasan, permusuhan, penghasutan dan ajakan untuk bergabung telah banyak menyasar masyarakat, terlebih sasaran target mereka yang sangat rentan adalah kalangan generasi muda.

“ISIS sat ini menjadi kekuatan terorisme global baru yang lebih menakutkan dari jaringan Al-Qaeda, selain aksi-aksi brutalnya, isis sangat berbahaya karena kemampuannya dalam menjaring para pejuang asing (Foreign Terrorist Fighter) dari berbagai negara, tidak terkecuali dari Indonesia,” sebutnya.

Sebelumnya, ISIS hanya kekuatan Milisi Nasional di Irak yang muncul akibat konflik politik di dalam negeri pasca pemerintah Saddam Hussein, kini menjelma menjadi kekuatan transnasional yang menakutkan beberapa negara.

“Disinilah perlu kami tegaskan bahwa ISIS hanyalah buah dari konflik politik domestik Irak-Suriah yang tidak ada kaintannya dengan faktor keagamaan,” ujar Didi.

Kalangan generasi muda menjadi sasaran dan target propaganda dan rekrutmen ISIS. Mereka juga telah menyediakan apa yang mereka butuhkan terkait ajaran pembenaran, solusi dan strategi meraih perubahan, dan rasa kepemilikan. Kelompok teroris juga menyediakan lingungan, fasilitas dan perlengkapan bagi remaja yang menginginkan kegagahan dan melancarkan agenda kekerasan.

“Saya menaruh harapan besar kepada instansi terkait, untuk bersama berjuang membina akhlak, saya mengajak saudaraku semua untuk bisa saling menghargai, bergotong royong, saling membantu dan hidup rukun baik intern umat islam maupun dengan umat pemeluk agama lain,” ucapnya.

“Kalau ini bisa kita wujudkan, insya allah kepulauan riau yang sudah kondusif ini akan selalu dalam suasana kehidupan yang aman, nyaman, tentram dan damai,” tambahnya. (Chandra)