Patrolmedia.co.id, Jakarta – Seorang nenek bernama Maryke Harris Pohu mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Jum’at (9/3/2018), di Jakarta Pusat, terkait dugaan penculikan bocah berusia 5 tahun yang dilakukan oleh artis cantik Tyas Mirasih pada November 2017 lalu.
Maryke menuding, bocah berinisial ACB yang merupakan cucunya itu, dibawa Tyas. ACB saat itu sedang bersama Ita Saleem, di kawasan perumahan Pondok Indah.
Diketahui, Ita adalah orangtua angkat menantu Maryke sekaligus ibu ACB. Sedangkan orangtua kandung ACB bernama Sisilia, meninggal dunia pada pada 3 September 2017. Suami Sisilia bernama Billy Arifin merupakan anak Maryke yang juga meninggal pada 3 September 2012 silam.
“Dia, Tyas bawa dan ambil di rumah. Dia bilang mau pinjam, bawa dulu ke rumahnya dua hari,” kata Maryke.
Setelah 2 hari, Tyas tak juga mengembalikan bocah itu kembali ke Maryke ataupun Ita.
Kemudian, pada November sampai Februari akhir, Maryke mencoba menghubungi Tyas, tapi tak diresponnya.
“Selama ini enggak direspons. Udah banyak usaha saya, dia (Tyas) enggak peduli gitu. Saya minta kembalikan cucu saya,” katanya.
Karena itu, Maryke mencoba meminta bantuan KPAI untuk memediasi agar ACB bisa kembali ke pangkuannya.
Sebagai nenek ACB, ia akan menempuh jalur hukum jika tak bisa dimediasi melalui KPAI.
“Saya sudah membentuk tim kuasa hukum. Bukti-bukti sudah saya miliki,” kata Maryke.
Diakui Wakil Ketua KPAI Rita Pranawati, pihaknya telah menerima laporan Maryke. Pihaknya meminta Tyas ke KPAI untuk dimintai keterangan terkait dugaan penculikan.
“Kami sudah menerima pengaduan dari klien terkait beberapa hal, tapi intinya isu pengasuhan. Jadi sepertinya bukan soal penculikan. Kalau penculikan kan pidana, ini yang kemudian masih bisa dirembuk karena sebenarnya isunya perdata,” ujar Rita.
“Memang hari ini ada pemanggilan teradap Tyas Mirasih, tapi yang bersangkutan mengatakan belum bisa hadir. Kami masih menunggu jadwal selanjutnya,” sambungnya.
Menurut Rita, selain Tyas dan Maryke, ada beberapa pihak yang turut terlibat.
“Ini kan ada pihak lain, makanya kemudian kami juga butuh melakukan pendalaman,” kata Rita.
Editor: Chandra Adi Putra
