Info Terkini
Siap-siap ketemu Andien hari Jumat ini di Bajafash 2024! Klik https://bit.ly/4gtJljR untuk beli tikenya sekarang!

Pembangunan Green House di Payo Terkesan Boros APBD

banner 120x600
Walikota Solok Zul Elfian saat meninjau Green House dan Tanaman Hias pada Februari lalu di Payo Kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah. (Foto: Istimewa)

Patrolmedia.co.id, Solok – Pelaksanaan pembangunan Green House dan Tanaman Hias oleh Dinas Pertanian Kota Solok di Payo kelurahan Tanah Garam, terkesan pemborosan APBD.

Proyek yang memakan anggaran ratusan juta ini terlihat terbangkalai sejak dibangun beberapa bulan yang lalu.

Anggota Komisi II DPRD Solok Zulkarnain menilai, program Green House dan tanaman hias tidaklah sesederhana yang dibayangkan.

Sebab, harus di kaji secara matang terhadap lokasi, udara, tanah, tanaman yang akan ditanami serta seperti apa pengembangan kedepan dan lainnya.

“Semangatnya menciptakan sarana agrowisata, tapi master plan belum ada, ya seperti inilah kejadiannya, hanya bersifat buang-buang anggaran APBD,” kata Zulkarnain melalui sambungan selularnya.

Padahal, DPRD selalu menyetujui anggaran yang diajukan dinas-dinas guna melancarkan program yang dicanangkan.

Tak jarang Zul mewanti-wanti mengingatkan Walikota lebih tegas mengkordinir pimpinan OPD-nya, agar terjalin kordinasi antar OPD di Solok.

“Saya ingatkan selalu ke pak Wali, ini kan demi terwujudnya dan tepat sasaran program yang direncanakan itu,” jelas anggota Fraksi Restorasi Nurani Indonesia ini.

Demplot Tanaman Hias Dinas Pertanian Kota Solok, dengan kegiatan pengembangan tanaman holtikultura yang dilaksanakan kelompok tani Gapoktan Payo Sepakat di Payo, kelurahan Tanah Garam, Kecamatan Lubuk Sikarah. (Foto: Patrolmedia/Niko Irawan)

Ditemui Patrolmedia.co.id, Sumardi dari kelompok tani Gapoktan Payo Sepakat menyebutkan, belakangan ini, bunga di Green House diakuinya banyak yang mati, karena tidak pernah lagi diperhatikan dinas terkait.

“Petugas dari dinas pertanian yang biasa tugas dan memantau disini, dulu sering kemari. Tapi belakangan ini sudah begitu jarang kesini. Kabarnya akan ditukar dengan yang baru,” kata Sumardi, Rabu (4/4 2018) di Green House.

Sumardi menyatakan, lokasi yang disulap Pemko Solok menjadi area Green House dan tanaman hias itu adalah lahan miliknya.

“Dari dinas pertanian melaksanakan pembangunan, sedangkan untuk memberdayakannya saya dan beberapa teman pekerja lainnya,” kata dia.

Teknis kerjanya terdiri dari 1 orang sebagai tenaga pengelola, 3 orang tenaga pengisian polybag, 3 orang tenaga tanam dan 3 orang tenaga pemeliharaan tanaman.

Sebagai perawat tanaman hias yang ditugaskan Dinas Pertanian Kota Solok, Sumardi mengaku, masing-masing pekerja di upah sebesar Rp60 ribu untuk 10 hari kerja.

“Sementara kami bekerja merawat bunga setiap hari,” katanya.

Mirisnya lagi, sejak Januari 2018 hingga hari ini, Sumardi dan pekerja lainnya tak kunjung menerima upah sepersen pun dari Dinas Pertanian.

Meski sudah menandatangani SPJ dan kwitansi, pihak dinas Pertanian masih menjanjikan upah mereka bakal dibayarkan dalam beberapa hari kedepan.

“Sampai hari ini belum juga pegawai itu datang. Kwitansi dan SPJ yang saya tandatangani itu dari Februari ke Maret. Jadi, yang bulan Januari hilang begitu saja? cetusnya.

Kantor Dinas Pertanian Kota Solok. (Foto: Patrolmedia/Niko Irawan)

Pimpinan OPD Dinas Pertanian Ir Kusnadi mengatakan, Green House dan Tanaman Hias belum memiliki master plan. Keberadaan area hijau tersebut merupakan keinginan Walikota terhadap pengembangan tanaman hias, demi terciptanya agrowisata.

Pembangunan yang dilaksanakan sejak Oktober 2017 lalu, menyerap anggaran APBD mencapai Rp180.000.000.

“Green house sekarang itu belum ada sarana penerangan malam hari. Ada sebagian tonggaknya yang sudah berkarat, untuk kelanjutannya di tahun 2018 ini kita sudah menganggarkan kembali sebesar Rp90.000.000, terdiri dari beberapa item pekerjaan,” paparnya.

Soal upah, Kusnadi mengatakan, ada 20 orang kelompok tani Gapoktan Payo, sepakat di pekerjakan dengan berbagai pekerjaan.

“Kami memberikan upah ke mereka sekitar Rp60.000 per orang. Setiap minggu dibayarkan,” katanya.

“Untuk bunga-bunga yang mati, kami telah memesannya dengan yang baru di Bogor,” tambahnya.

Penulis: Niko Irawan
Editor: Chandra Adi Putra

banner 325x300