Gara-gara Aluminium Bahan Roket Rusak, NASA Rugi US$700 Juta

oleh -748 views
Ilustrasi roket Ferrari milik NASA. (Foto: NASA)

Patrolmedia.co.id, Jakarta – Badan Penerbangan dan Antariksa AS atau National Aeronautics and Space Administration (NASA) mencatat kerugian lebih dari US$700 juta, gara-gara gagalnya 2 misi peluncuran satelit NASA yang menggunakan bahan aluminium rusak.

Dikutip dari Bisnis.com, bahan aluminium rusak tersebut dipasok oleh salah satu top produsen aluminium terbesar di dunia, Norsk Hydro ASA.

Misi Orbiting Carbon Observatory NASA pada 2009 dan misi Glory pada 2011 tidak mencapai orbit dan putus saat masuk kembali ke atmosfer bumi setelah muatan gagal memisahkan diri dari roket Taurus XL.

Produsen aluminium Sapa Profiles Inc diklaim telah mengubah hasil tes dan memberikan sertifikasi palsu kepada pabrikan roket terkait dengan ekstrusi yang digunakan dalam komponen utama untuk sistem pengiriman muatan.

“Ketika hasil pengujian diubah dan sertifikasi diuji secara salah, misi gagal. Taurus XL yang gagal untuk misi OCO dan Glory mengakibatkan hilangnya lebih dari US$700 juta dan menyia-nyiakan hasil karya ilmiah yang dirangkum bertahun-tahun,” kata Jim Norman, Direktur Layanan Peluncuran di Markas Besar NASA, dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/5/2019).

Baca juga:

Setelah ke Bulan Tahun 2024, NASA akan ke Planet Mars 2033

Jadi Mitra NASA, Kanada Sumbang US$1,5 Miliar Dukung Manusia ke Bulan

Robot Jurnalis Makin Diminati Perusahaan Media Untuk Membuat Berita

Kedua misi tersebut bertujuan untuk meluncurkan instrumen pemantauan yang terkait dengan ilmu iklim.

Menurut Departemen Kehakiman AS, Norsk Hydro setuju untuk membayar kerugian sebesar US$46 juta kepada NASA.

Departemen Pertahanan AS dan sejumlah pihak terkait lainnya untuk menyelesaikan tuntutan pidana dan tuntutan sipil akibat penipuan pasokan selama 19 tahun tersebut.

Selain itu, NASA memberikan sanksi kepada Sapa Profiles Inc, sekarang dikenal sebagai Hydro Extrusion Portland Inc, untuk diberhentikan dari kontrak apapun dari pemerintah federal AS.

 

Editor: Niko Irawan