Info Terkini
PWI Kepri akan menggelar Konferensi Provinsi (Konferprov) di Batam pada 22-23 Februari 2025 ----- Download jadwal imsakiyah ramadan 2025 yang dirilis Kemenag ----- Bos Golden Prawn, Abi sebut pelabuhan Ferry Bengkong akan dioperasikan 20 Februari 2025 ----- Pengembang perumahan Central Hills Batam tak hadiri RDPU di DPRD Batam terkait pendirian Masjid yang tak kunjung dibangun ----- Pemprov Kepri merampungkan persiapan pelantikan Ansar Ahmad dan Nyanyang ----- Kemenag akan gelar sidang Isbat menetapkan awal Ramadan 2025 pada Februari ini

TikTok Diblokir 19 Januari, 1 Hari Jelang Trump Dilantik

banner 120x600
TikTok Diblokir
Kantor TikTok. (Foto: net)

Patrolmedia.co.id, Washington – TikTok diblokir secara resmi di AS pada 19 Januari 2025, sehari menjelang Presiden terpilih Donald Trump dilantik pada tanggal 20 Januari 2025.

TikTok diblokir setelah Mahkamah Agung (MA) juga menolak upaya hukum pemiliknya di Cina yakni ByteDance.

Melansir BBC, Sabtu (18/1/25), ByteDance menyebut undang-undang (UU) yang melarang platform media sosialnya itu tidak melanggar hak amandemen pertama TikTok dan 170 juta penggunanya, Bos TikTok Shou Zi Chew tentu berharap demikian.

CBS melaporkan, Shou Zi Chew akan menghadiri pelantikan Trump bersama mantan presiden dan anggota keluarga pada 20 Januari, sehari setelah larangan diberlakukan.

Sebelumnya, Donald Trump juga pernah berusaha melarang TikTok, tetapi sekarang dengan tegas menentang undang-undang tersebut.

Ia meminta MA menunda penerapan UU itu, sembari ia mencari solusi politik, namun upaya Trump gagal. Meski begitu, ia tetap bersemangat menemukan jalan keluarnya.

Pada Jumat, (17/1/25), tepat sebelum pengadilan merilis putusannya, Trump berbicara kepada Presiden Tiongkok Xi Jinping terkait TikTok diblokir serta berbagai isu seputar perdagangan.

“Harapan saya, kita semua bisa memecahkan banyak masalah bersama-sama dan memulainya sekarang juga,” tulis Trump di media sosial.

Penasihat Keamanan Nasional Trump yang baru, Mike Waltz mengatakan, presiden terpilih sedang mencari cara untuk mempertahankan TikTok.

Waltz mengatakan, Trump akan mempertahankan akses dan data warga Amerika di platform tersebut.

“Saya tidak ingin mendahului perintah eksekutif kami, tetapi kami akan menciptakan ruang untuk melaksanakan kesepakatan itu,” kata Waltz, Kamis (16/1) kepada Fox News.

Cara yang paling mungkin dilakukan AS untuk menegakkan larangan tersebut adalah dengan memerintahkan toko aplikasi (App Store/Google PlayStore), untuk menghilangkan tombol diunduh.

Meski nantinya tak bisa lagi mengakses TikTok via etalase digital, hal itu tidak akan berdampak pada pengguma yang sudah lebih dulu mendownload aplilasi itu di ponsel mereka.

Namun aplikasi tersebut kemungkinan besar tidak akan tersedia untuk umum. Pembaruan tidak akan lagi dikirimkan ke pengguna di AS.

Dengan begitu, akan membuat TikTok semakin banyak bug dan akhirnya tidak dapat digunakan.

Belum lagi banyaknya pembaruan yang diberikan guna memperbaiki celah keamanan pada aplikasi, sehingga jika TikTok berhenti mendapatkan pembaruan, hal itu dapat memberi para peretas jutaan perangkat untuk menjadi target.

Sementara, banyak pula video yang beredar di TikTok yang memberi tahu pengguna cara mengaksesnya menggunakan VPN (jaringan pribadi virtual).

Bahkan, wilayah toko aplikasi juga dapat diubah di sebagian besar perangkat, jadi secara teori siapa pun dapat mengakses aplikasi dari negara lain.

Namun pemerintah AS juga telah mengantisipasi hal itu dengan melarang “layanan hosting internet” untuk akses ke aplikasi tersebut.

Jika larangan tersebut akhirnya mengambil langkah seperti diatas, kemungkinan besar orang yang bertekad menggunakan TikTok akan tetap bisa diakses.

Selain di AS TikTok juga dilarang di India pada 2020. Pemerintah India memerintahkan penyedia internet untuk memblokir akses ke aplikasi tersebut sepenuhnya.

Pengacara TikTok sendiri mengatakan kepada Mahkamah Agung ia yakin aplikasi tersebut akan tidak beroperasi lagi di AS.

Profesor Milton L. Mueller dari Institut Teknologi Georgia yang mengajukan laporan hukum untuk mendukung TikTok menyebut, kompleksitas masalah ini berarti, bahkan para ahli pun tidak jelas tentang apa yang akan terjadi selanjutnya.

Namun, Mueller mengatakan yang jelas adalah dampaknya terhadap pengguna dan internet itu sendiri.

“Itu akan sepenuhnya melegitimasi fragmentasi internet di sepanjang batas-batas negara atau yurisdiksi,” katanya.

Hingga saat ini, ByteDance bersikeras tidak akan menjual aset berhadiahnya di AS.

Namun, pada Selasa (14/1), Bloomberg News melaporkan, ByteDance tengah mempertimbangkan penjualan kepada miliarder Elon Musk, meskipun TikTok sejak saat itu menggambarkan hal itu sebagai fiksi belaka.

Mantan Menteri Keuangan Trump, Steven Mnuchin, dan pengusaha miliarder Frank McCourt sebelumnya telah menyatakan minatnya untuk membelinya.

McCourt, mantan pemilik tim baseball Los Angeles Dodgers mengatakan, dirinya telah mengamankan komitmen lisan senilai $20 miliar dari konsorsium investor untuk mengajukan tawaran kepada TikTok.

YouTuber terbesar di dunia, MrBeast, mengklaim dirinya kini tengah bersaing membuat kesepakatan setelah sejumlah miliarder menghubunginya terkait tawaran itu.

Meski mungkin tampak seperti lelucon, ia memiliki insentif finansial yang signifikan untuk mencoba dan menyelamatkan aplikasi tersebut – MrBeast memiliki lebih dari 100 juta pengikut di TikTok.

Sementara, TikTok mengatakan memiliki 170 juta pengguna di AS yang rata-rata menghabiskan 51 menit per hari di aplikasi tersebut sepanjang 2024.

Analis Utama Forrester, Kelsey Chickering mengatakan, Kepala Pemasarannya yang telah dihubungi mengonfirmasi mereka akan mengalihkan dana media ke Meta dan Google jika tidak bisa beriklan lagi di TikTok.

“Ini adalah perilaku yang sama yang kami lihat di India ketika mereka melarang TikTok di 2020,” kata Chickering.

Lemon8, yang juga kepemilikan ByteDance akan menjadi tempat yang jelas bagi orang-orang untuk dituju setelah adanya larangan.

Tetapi undang-undang tersebut menetapkan bahwa hal itu juga berlaku untuk aplikasi lain yang dimiliki atau dioperasikan perusahaan tersebut.

Ini berarti Lemon8 mungkin juga akan menghadapi pemblokiran di AS.

Platform milik China lainnya, seperti Xiaohongshu – yang dikenal sebagai RedNote di antara penggunanya di AS telah mengalami pertumbuhan pesat di AS dan Inggris.

Sejumlah pihak berpendapat, tidak ada aplikasi yang benar-benar bisa menggantikan TikTok, khususnya fitur TikTok Shop yang memungkinkan pengguna membeli produk langsung dari video dan menghasilkan banyak uang bagi para kreator di AS.

 

Editor: Fatmi Rahim

banner 325x300