Renungan Harian Katolik: Ketenangan dalam Doa dan Keyakinan
Mari kita simak renungan harian Katolik untuk hari Minggu, 19 Oktober 2025. Tema renungan kali ini adalah tentang doa yang tekun dan setia. Renungan ini disiapkan khusus untuk hari Minggu Misi, Pesta Kedelapan Martir Kanada, Santo Paulus dari Salib, Pengaku Iman, Santo Petrus dari Alkantara, dan Pengaku Iman, dengan warna liturgi hijau.
Bacaan Liturgi Katolik
Bacaan Pertama: Keluaran 17:8-13
Pada masa itu, orang Amalek berperang melawan orang Israel di Rafidim. Musa memerintahkan Yosua untuk menghadapi mereka sementara dirinya berdiri di puncak bukit dengan memegang tongkat Allah. Ketika Musa mengangkat tangannya, pasukan Israel menang, tetapi ketika tangan Musa turun, orang Amalek mulai unggul. Untuk membantu Musa, Harun dan Hur menopang tangannya hingga matahari terbenam. Akhirnya, Yosua berhasil mengalahkan orang Amalek.
Mazmur Tanggapan: Mzm 121:1-2.3-4.5-6.7-8
Mazmur ini menyatakan bahwa pertolongan datang dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi. Tuhan akan menjaga kita dari segala kecelakaan dan menjaga keluar masuk kita selamanya.
Bacaan Kedua: 2 Timotius 3:14-4:2
Paulus menasihati Timotius untuk tetap berpegang pada kebenaran yang telah ia terima sejak kecil. Kitab Suci dapat memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus. Orang-orang kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Bait Pengantar Injil: Ibrani 4:12
Sabda Allah itu hidup, kuat, dan tajam. Ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.
Bacaan Injil: Lukas 18:1-8
Yesus menyampaikan perumpamaan tentang janda miskin yang terus-menerus memohon keadilan kepada hakim yang tidak takut akan Allah. Meskipun awalnya ditolak, akhirnya hakim itu membenarkan janda tersebut karena ketekunan dan kesabarannya. Yesus menegaskan bahwa Allah akan membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang berseru kepada-Nya.
Renungan Harian Katolik
Hari ini, kita merenungkan Injil Lukas 18:1–8, yaitu perumpamaan tentang janda miskin yang terus-menerus memohon keadilan kepada hakim yang lalim. Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang pentingnya ketekunan dalam doa dan keyakinan akan kesetiaan Allah.
Di zaman modern, ketika segalanya serba instan, doa sering dianggap lambat atau bahkan sia-sia. Namun Injil hari ini menegaskan bahwa Allah mendengarkan doa umat-Nya. Yang diminta dari kita hanyalah hati yang tekun dan iman yang tidak goyah.
Doa yang Tekun, Bukan Sekadar Formalitas
Yesus mengawali perumpamaan ini dengan pesan: “Mereka harus selalu berdoa dengan tidak jemu-jemu.” Doa bukan hanya rutinitas atau formalitas, melainkan relasi yang hidup dengan Allah. Sering kali kita mudah putus asa saat doa kita tidak langsung terjawab. Kita bertanya, “Mengapa Tuhan diam?” Namun justru dalam keheningan itu, Allah sedang membentuk hati kita agar tetap berharap pada-Nya, bukan pada jawaban instan.
Sosok Janda dan Hakim yang Lalim
Dalam perumpamaan, ada dua tokoh utama:
* Janda miskin – melambangkan orang yang lemah, tak berdaya, dan tidak memiliki kuasa. Ia tetap bersuara, meski dunia menyepelekannya.
* Hakim lalim – mewakili ketidakadilan dunia, orang yang tidak takut akan Allah dan tidak peduli pada sesama.
Meski menghadapi penolakan, janda itu tetap berseru. Ketekunan inilah yang membuat hakim lalim akhirnya luluh. Jika hakim lalim saja akhirnya mengabulkan karena ketekunan, apalagi Allah yang penuh kasih dan adil.
Allah Setia Mendengarkan Doa Umat-Nya
Yesus menegaskan bahwa Allah akan segera membenarkan orang-orang pilihan-Nya yang berseru siang dan malam kepada-Nya. Doa yang tulus dan penuh iman tidak akan pernah sia-sia. Namun sering kali Allah menjawab doa dengan cara yang tidak kita duga. Jawaban-Nya mungkin “ya”, “tidak”, atau “tunggu”. Semua itu demi kebaikan kita yang sejati.
Doa Membentuk Iman
Doa bukan hanya soal meminta, tetapi juga soal membentuk hati kita agar semakin serupa dengan Allah. Melalui doa, kita belajar sabar, rendah hati, dan percaya. Doa juga adalah kekuatan Gereja. Sejarah mencatat, para orang kudus bertekun dalam doa bahkan di tengah kesulitan. Santo-santa mengajarkan: doa yang konsisten adalah dasar dari pelayanan yang berbuah.
Tantangan di Zaman Modern
Yesus mengakhiri perumpamaan dengan pertanyaan yang menohok: “Jika Anak Manusia datang, adakah Ia mendapati iman di bumi?” Pertanyaan ini mengingatkan kita bahwa iman bisa pudar jika tidak dipelihara dalam doa. Dunia modern dengan segala distraksinya bisa membuat kita lebih sibuk dengan gadget daripada berlutut dalam doa. Maka panggilannya jelas: kembalilah pada doa yang tekun, sederhana, dan penuh iman.
Relevansi untuk Hidup Kita
1. Dalam keluarga: Doa bersama menguatkan ikatan keluarga. Janda dalam Injil mengajarkan bahwa doa bisa menjadi kekuatan orang yang lemah.
2. Dalam pekerjaan: Ketekunan doa memberi kita kebijaksanaan dan keteguhan menghadapi tantangan kerja.
3. Dalam pelayanan Gereja: Doa adalah fondasi dari segala karya kerasulan. Tanpa doa, pelayanan hanyalah aktivitas sosial biasa.
Penutup
Yesus menegaskan: doa yang tekun selalu didengar Allah. Jangan jemu-jemu, jangan lelah, sebab Allah setia pada janji-Nya.
Doa:
“Tuhan Yesus, ajarilah aku untuk berdoa dengan tekun dan setia. Jangan biarkan aku mudah menyerah, tetapi teguhkanlah imanku, agar dalam setiap keadaan aku percaya bahwa Engkau mendengar doaku. Amin.”