
BMKG telah mengeluarkan peringatan cuaca tak biasa yang berpotensi terjadi hingga November 2025. Peneliti Ahli Muda Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Ardhi Adhary Arbain, mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap risiko heatstroke.
“Heatstroke itu merupakan gangguan yang terjadi akibat suhu udara yang terlalu tinggi. Kondisi ini bisa terjadi jika tubuh mengalami dehidrasi karena panas yang memaksa tubuh mengeluarkan cairan, sehingga menyebabkan heatstroke,” jelas Ardhi pada Selasa (21/10).
Ia menjelaskan bahwa cuaca panas dengan suhu mencapai 36 derajat yang terjadi di Indonesia sangat berkaitan erat dengan risiko heatstroke. Terlebih jika kelembapan udaranya tinggi.
“Ada hubungan antara kelembapan udara dan heatstroke. Jika udara lembap, maka jumlah uap air dalam udara lebih banyak. Ini membuat keringat yang ada di tubuh sulit menguap. Padahal, proses penguapan keringat adalah cara alami tubuh untuk mendinginkan diri. Misalnya, ketika kita berolahraga dan keringat terkena angin, kulit akan terasa dingin,” tambahnya.
“Ketika udara semakin lembap, keringat akan menempel di kulit seperti selimut. Tubuh ingin mengeringkan diri tetapi tidak bisa, sehingga terasa panas. Itulah sebabnya, peningkatan kelembapan dapat memicu heatstroke,” tegas Ardhi.
Menurutnya, kondisi cuaca yang tidak biasa sangat memperparah risiko ini. Sebab, manusia memiliki batasan toleransi terhadap suhu tertentu.
“Sekarang, posisi suhu panas berada di atas wilayah Indonesia, khususnya Jawa, dan suhunya meningkat selama 2 sampai 3 minggu. Batasan tubuh kita dalam mentoleransi suhu juga penting. Misalnya, jika suhu mencapai 39 derajat, itu sudah sangat panas,” jelasnya.
“Jika tubuh tidak mampu menurunkan suhu sendiri, organ-organ seperti ginjal, hati, dan jantung bisa mengalami kegagalan. Akibatnya, bisa menyebabkan kematian,” sambung dia.
Lantas, bagaimana ciri-ciri seseorang mengalami heatstroke?
“Pertama, tubuh terasa panas dan menunjukkan tanda-tanda dehidrasi. Contohnya, urine yang lebih pekat daripada biasanya. Jika urine bening, itu artinya tidak dehidrasi,” kata Ardhi.
“Gejala lainnya meliputi pusing dan mual, yang mirip dengan gejala demam,” tambahnya.
Ardhi memberikan beberapa tips agar masyarakat terhindar dari heatstroke di tengah cuaca panas yang tidak biasa.
“Masuklah ke ruangan yang sejuk, minum air secara cukup, serta hindari keluar ruangan terlalu lama. Saat ini sedang musim panas yang ekstrem,” tutupnya.

Penyebab Cuaca Panas
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan bahwa penyebab utama suhu panas saat ini adalah posisi gerak semu matahari yang berada di selatan ekuator pada bulan Oktober. Suhu maksimalnya mencapai 36,7 derajat Celsius.
“Kondisi ini disebabkan oleh kombinasi gerak semu matahari dan pengaruh Monsun Australia. Kondisi ini diprediksi akan terus berlangsung hingga akhir Oktober atau awal November 2025,” ujar Guswanto dalam pernyataannya, Rabu (15/10).
Ia menambahkan bahwa faktor lain yang turut berkontribusi adalah penguatan angin timuran atau Monsun Australia yang membawa massa udara kering dan hangat. Hal ini menyebabkan pembentukan awan yang minim dan radiasi matahari dapat mencapai permukaan bumi secara optimal.





















