China Tawarkan Bantuan ke Indonesia Atasi Utang Proyek Kereta Cepat Whoosh

Kereta Cepat Woosh
juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun. (Foto: Reuters/Florence Lo)
Kereta Cepat Whoosh
Kereta Cepat Whoosh Bandung-Jakarta. (Foto: Ist)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2024 Whoosh hanya menjual 6,06 juta tiket, jauh di bawah target pemerintah yang memproyeksikan 31 juta penumpang per tahun.

Akibatnya, PSBI Indonesia mencatat kerugian Rp 4,19 triliun tahun lalu, dan Rp 1,62 triliun hanya dalam 6 bulan pertama tahun ini.

Kondisi ini membuat pemerintah Indonesia menghadapi tekanan besar untuk turun tangan.

Namun, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan pemerintah tak akan menggunakan APBN untuk menutup utang proyek tersebut.

“Saya tidak akan membayar utang itu menggunakan anggaran negara,” ujar Purbaya.

Ia menilai tanggung jawab pengelolaan dan pembayaran utang sebaiknya diambil alih oleh Danantara, dana kekayaan negara yang mengelola aset dan dividen dari sekitar 1.000 BUMN.

Sementara itu, China menyatakan siap membantu menstabilkan operasi proyek dan memastikan potensi ekonominya tetap terjaga.

“China siap bekerja sama dengan Indonesia untuk terus memfasilitasi pengoperasian kereta cepat Jakarta–Bandung yang berkualitas tinggi, sehingga proyek ini dapat berperan lebih besar dalam mendorong pembangunan ekonomi dan sosial Indonesia serta meningkatkan konektivitas kawasan,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Jiakun, dalam konferensi pers di Beijing awal pekan ini.

Tawaran tersebut menunjukkan betapa pentingnya proyek Kereta Cepat Whoosh bagi China sebagai bagian dari inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) di Asia Tenggara.

Meski begitu, Indonesia masih berhati-hati dalam menanggapi pendekatan China.

Pejabat Danantara menyebut keputusan terkait penyelesaian masalah utang akan diambil paling lambat akhir tahun ini.

 

(Ipl/Ft)