Berita  

Kritik Trans7, Waketum MUI: Jangan Sebarkan Opini Negatif Tanpa Paham Budaya Pesantren

Kritik terhadap Program “Xpose Uncensore” yang Dinilai Tidak Memahami Budaya Pesantren

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud, memberikan peringatan tajam kepada pihak-pihak yang tidak memahami kultur pesantren namun tetap mengeluarkan komentar dan menggiring opini negatif di ruang publik. Peringatan ini khususnya ditujukan pada program “Xpose Uncensore” yang tayang di Trans7.

Kiai Marsudi menilai bahwa program tersebut telah menyebarkan narasi yang salah terkait adab dan etika kehidupan di lingkungan pesantren. Ia menegaskan bahwa budaya, unggah-ungguh, akhlak, dan sopan santun adalah hal-hal yang diajarkan di pesantren. Ada ilmu dan kitab-kitab yang menjadi dasar pengajaran tersebut.

“Berbicara tentang budaya, unggah-ungguh, akhlak, dan sopan santun, semua itu diajarkan di pesantren. Ada ilmunya, ada kitabnya. Bagaimana adab santri terhadap kiai, bagaimana cara menyampaikan sesuatu kepada orang yang lebih alim itu semua ada aturannya,” ujar Kiai Marsudi dalam keterangan tertulis, Selasa 14 Oktober 2025.

Ia menyoroti kesalahan sudut pandang dalam memahami praktik sosial di pesantren yang dinilai berbeda dari standar umum masyarakat, khususnya mereka yang berlatar budaya luar.

“Kalau Anda lulusan Amerika, mungkin berbicara harus eye to eye. Kalau tidak, dianggap tidak sopan. Tapi ini Indonesia, ini budaya santri. Ini berbeda,” ujarnya.

Menurutnya, kehidupan di pesantren diatur oleh sistem nilai dan budaya yang khas. Setiap interaksi memiliki etika tersendiri—baik antara santri dan kiai, guru dan murid, maupun antar sesama santri.

“Di pesantren itu diajari bagaimana berbicara dari anak muda kepada orang tua, dari orang tua kepada anak-anak, guru kepada murid, murid kepada guru, bahkan sampai pada cara berpakaian,” jelasnya.

Kiai Marsudi mengingatkan bahwa tanpa pemahaman atas kerangka nilai dan adab tersebut, sangat mudah muncul kesalahpahaman yang berujung pada opini keliru dan tudingan negatif.

“Kalau dibandingkan dengan yang bukan didikan pesantren, tentu akan tampak berbeda karena memang beda sudut pandang,” ujarnya.

Ia mengimbau masyarakat agar lebih bijak dalam menilai tradisi pesantren. Alih-alih menyebarkan narasi negatif, publik diharapkan dapat menggali lebih dalam nilai-nilai luhur yang telah diwariskan pesantren selama berabad-abad dan berkontribusi besar terhadap pembentukan karakter bangsa.

Pemahaman Budaya Pesantren yang Unik

Budaya pesantren memiliki ciri khas yang berbeda dari masyarakat luas. Berikut beberapa aspek penting yang menjelaskan perbedaan tersebut:

  • Adab dan Etika: Di pesantren, setiap interaksi memiliki aturan yang ketat. Misalnya, cara berbicara kepada kiai atau guru memiliki norma sendiri yang berbeda dengan cara berbicara di masyarakat umum.
  • Penggunaan Bahasa: Penggunaan bahasa dalam pesantren sering kali formal dan penuh hormat. Hal ini mencerminkan rasa hormat terhadap senior dan otoritas.
  • Perilaku Sosial: Santri diajarkan untuk menjaga kebersihan, kebersihan diri, serta menjaga sikap sopan terhadap sesama. Ini merupakan bagian dari ajaran agama dan budaya.

Pentingnya Memahami Budaya Pesantren

Memahami budaya pesantren sangat penting agar tidak terjadi kesalahpahaman. Berikut beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Mencari Informasi yang Akurat: Masyarakat disarankan untuk mencari informasi dari sumber-sumber yang kredibel dan memahami konteks budaya pesantren.
  • Menghargai Perbedaan: Perbedaan budaya harus dihargai sebagai bagian dari keragaman bangsa. Setiap budaya memiliki nilai dan makna yang unik.
  • Membuka Pikiran: Masyarakat perlu membuka pikiran untuk memahami nilai-nilai yang terkandung dalam budaya pesantren.

Kesimpulan

Budaya pesantren memiliki nilai-nilai yang kuat dan menjadi bagian dari identitas bangsa. Dengan memahami dan menghargai budaya ini, masyarakat dapat menghindari kesalahpahaman dan menghargai warisan budaya yang telah lama dijaga oleh para kiai dan santri.