Penggerebekan Geng Narkoba Brasil Tewaskan 121 Orang, Mayat Berjejer di Jalan

Geng Narkoba Brasil
Ratusan mayat manusia dijejerkan dijalanan favela do Penha, Rio de Janeiro, Brasil, 29 Oktober 2025 setelah baku tembak geng narkoba jaringan Comando Vermelho dengan aparat kepolisian Rio. (Foto: Reuters/Ricardo Moraes).
Geng Narkoba Brasil
Warga berkumpul di sekitar ratusan jenazah yang dijejerkan di jalan, sehari setelah operasi polisi paling mematikan melawan geng narkoba paling berbahaya di favela do Penha, di Rio de Janeiro, Brasil, 29 Oktober 2025.(Foto: Reuters/Ricardo Moraes)

Lebih Mematikan dari Operasi Jacarezinho

Kepolisian Rio mengonfirmasi 121 korban tewas, termasuk 4 anggota polisi. Namun, lembaga pembela umum menyebut jumlah sebenarnya bisa mencapai 132 orang.

Operasi ini melampaui tragedi Jacarezinho tahun 2021 yang menewaskan 28 orang dan menjadi penggerebekan polisi paling mematikan dalam sejarah Brasil.

Sebagai pembanding, pada 1992, 111 tahanan tewas dalam kerusuhan penjara Carandiru di São Paulo.

Kecurigaan Eksekusi Singkat, PBB Desak Investigasi

Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengecam tingginya korban jiwa dan mendesak penyelidikan cepat serta independen.

Laporan dari keluarga korban menyebutkan dugaan eksekusi singkat dan penyiksaan, dengan jenazah yang ditemukan dalam kondisi tangan terikat, luka tusuk, hingga tembakan di wajah dan leher.

“Beberapa keluarga melaporkan tanda-tanda penyiksaan,” kata Guilherme Pimentel, pengacara HAM yang mendampingi keluarga korban.

Pihak berwenang membantah tudingan tersebut. “Jika ada pelanggaran, tentu akan diselidiki. Tapi saya yakin tidak ada,” kata Victor Santos menegaskan.

Lula Serukan Perang Terukur terhadap Geng Narkoba

Presiden Luiz Inacio Lula da Silva angkat bicara. Ia menegaskan kekerasan narkoba harus dihadapi dengan kerja terkoordinasi, namun tetap menjunjung keselamatan warga dan aparat.

“Kita tidak bisa membiarkan kejahatan terorganisir terus menghancurkan keluarga dan menindas warga,” tulis Lula di akun X resminya.

Operasi Terbesar Lawan Geng Comando Vermelho

Gubernur Rio Claudio Castro menegaskan, operasi ini menargetkan geng Comando Vermelho, sindikat yang menguasai jaringan narkoba di berbagai favela.

“Mereka bukan warga tak bersalah. Mereka menembakkan senjata dari hutan. Korban sebenarnya hanya polisi,” ungkapnya.

Dalam operasi itu, polisi menangkap 113 tersangka dan menyita 118 senjata api.

Pemerintah federal kini menurunkan tambahan 50 personel polisi nasional untuk memperkuat perang melawan kejahatan terorganisir di Rio.

Santos menegaskan operasi ini tidak terkait dengan sejumlah acara internasional yang akan digelar pekan depan di Rio, termasuk KTT Iklim C40 dan penghargaan Earthshot Prize milik Pangeran William.

Gelombang Darah di Rio

Aroma mesiu masih tercium di udara Rio. Hujan deras membasahi jalanan, namun darah korban belum sepenuhnya hilang. Warga masih berduka, sementara aparat berjanji akan “mengusut tuntas”.

Yang jelas, operasi ini meninggalkan jejak baru dalam sejarah Brasil, operasi polisi paling mematikan yang pernah terjadi di negeri Samba itu.

 

(Kml/Ft)