Bisnis Selaput Dara Wanita yang Laris Manis

oleh -3.266 views
Alat keperawanan palsu lumayan banyak diminati. Seorang penjual mengaku biasa melayani minimal empat pembelian dalam seminggu. Bungkus bagian dalam selaput dara buatan. (ist)

Patrolmedia.co.id – Sebut saja wajah Bayu, bukan nama sebenarnya terlihat lelah. Sedari pagi ia bolak-balik dari toko bosnya di Tanah Kusir, Jakarta Selatan, untuk mengantar barang pesanan ke beberapa tempat di Jakarta.

“Mbak ini pelanggan yang kelima. Dari pagi saya sudah nganter-nganter barang ini,” ujar pria yang mengenakan kaus berkerah warna merah itu di sebuah warung makan di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis, 14 September 2017.

Bayu adalah kurir alat selaput dara palsu dengan wilayah jelajah seluruh daerah di DKI Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu, Jakarta Utara. Ia mengaku masih harus mengantarkan paket (selaput dara palsu) ke Pasar Baru dan Kemayoran, Jakarta Pusat, siang itu. “Alhamdulillah sudah jalan dari pagi ini,” ucapnya, sepertu dilansir detikx.

Alat keperawanan palsu merek Joan Of Arc Red asal Jepang. (dok)

Bayu mengaku bersyukur, dengan banyaknya paket yang diantar, penghasilannya otomatis bertambah. Dari per paket selaput dara palsu itu, dia kecipratan uang Rp 75 ribu.

Bila sehari ia harus mengantar 10 paket, uang Rp 750 ribu masuk ke kantongnya dengan mulus. Uang itu sudah termasuk biaya parkir, makan, minum, serta bensin sepeda motornya.

Kata Bayu, paling sepi ia mengantar lima paket dalam sehari. Itu pun sudah lumayan. Untuk diketahui, harga satu pak selaput dara yang berisi dua saset dijual seharga Rp 350 ribu. Bahkan di beberapa situs jual-beli online harganya ada yang Rp 400 ribu.

Bayu sudah tiga tahun melakoni jasa kurir alat keperawanan palsu. Dia mengambilnya dari salah satu supplier di Tanah Kusir. Di sana, ada tiga kurir seperti dirinya yang standby setiap hari untuk mengantar pesanan. “Kalau agen besarnya sih setahu saya ada di Surabaya,” ujarnya.

Pria asal Jawa Timur yang sudah lama menetap di Cengkareng, Jakarta Barat, tersebut juga menjelaskan kebanyakan yang memesan selaput dara palsu yang ditemuinya adalah perempuan muda. “Tapi saya nggak tanya-tanya buat apa, karena itu urusan pribadi. Dan barang ini masih disegel rapat sampai ke pelanggan.”

Gurihnya bisnis selaput dara palsu juga dinikmati penjual online di Surabaya yang sempat dihubungi detikx lewat telepon pekan lalu. Pria yang mengaku berusia 50 tahun namun enggan disebutkan namanya itu bilang, dari satu pak selaput dara palsu, ia bisa meraup untung Rp 200 ribu dan paling kecil Rp 150 ribu kalau ada pelanggan yang menawar.

Pedagang ini mengaku reseller dari agen selaput dara palsu yang ada di Jakarta. Dalam seminggu, setidaknya dia bisa menjual empat bungkus. Namun ia hanya melayani penjualan via online, tidak cash on delivery (bayar di tempat). Jadi, bila ada yang memesan, barang akan dikirim lewat jasa pengiriman barang.

Meski sudah tiga tahun menjalani bisnis selaput dara palsu, pria ini mengaku dagang produk asal Jepang itu hanya sebagai sampingan. Sebab, dia punya usaha lain. “Yang utama saya wiraswasta di bidang lain. Nggak usah saya sebutlah,” tutur pria yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah, ini.

Menurut dia, selama ini tidak ada pembeli yang komplain. Hanya, mereka kadang mengalami sedikit kendala pada pemasangan alatnya. Setelah diberi penjelasan, konsumen lalu mengerti dan mengucapkan terima kasih. “Kebanyakan sih berterima kasih telah membantu membuat suaminya tidak kecewa pada malam pertama. “’Pak, terima kasih. Suami saya tidak kecewa. Saya lega.’ Dan lain-lain,” kata dia.

Rupanya semerbak bisnis yang banyak dibutuhkan perempuan muda, atau yang ingin menikah, bukan hanya dinikmati penjual selaput dara palsu. Klinik yang membuka praktik rekonstruksi selaput dara yang sudah rusak juga meraup banyak untung.

Dari penuturan seorang dokter yang bertugas di Klinik Apollo, Jalan Pangeran Jayakarta, Jakarta Pusat, dalam sehari setidaknya ada dua pasien yang berkonsultasi atau menjalani operasi rekonstruksi selaput dara atau hymen.

Biaya untuk konsultasi dipatok Rp 160 ribu. Sedangkan biaya operasi mulai Rp 12 juta sampai Rp 20 juta, bergantung pada besar-kecilnya robekan selaput dara pasien. Biaya tersebut belum untuk pengecekan urine, biaya pemeriksaan lewat koloposkopi, serta obat-obatan. Menurut sang dokter, selain dari Jakarta, pasiennya banyak yang dari luar kota maupun luar Pulau Jawa.

Sedangkan salah satu klinik di Kemayoran, Jakarta Pusat, Edelweiss, memasang tarif operasi jauh lebih rendah, yakni Rp 2-5 juta. Banyaknya perempuan muda yang ingin mengelabui calon suami atau pasangannya dengan alat perawan palsu tersebut tentu saja membuat para pedagang maupun klinik yang menekuni bisnis ini bakal semakin banyak.

Anehnya, meski sudah bertahun-tahun selaput dara palsu diperdagangkan di Jakarta dan kota besar lainnya, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmendi Priharto mengaku tidak tahu-menahu. “Ada memangnya itu (selaput dara palsu?) Bagaimana tuh, saya belum pernah dengar. Coba kamu kirim gambarnya, ya,” kata Priharto.

Menurutnya, soal alat kontrasepsi atau selaput dara palsu itu harusnya masuk pengawasan dinas kesehatan. Namun praktiknya banyak produk terkait kesehatan hanya lewat Kementerian Perdagangan. Sedangkan di DKI Jakarta lewat Dinas Koperasi, UMKM, dan Perdagangan.

“Seperti batu yang bisa untuk terapi kesehatan itu, ya. Iklannya kan menyebut untuk kesehatan. Tapi itu masuknya dari (Kementerian) Perdagangan. Padahal iklannya kan kesehatan, jadi membohongi (Dinas) Kesehatan,” kata Priharto.

Keheranan yang sama dirasakan Andi Khomeini Takdir Haruni, pengurus Bagian Data dan Informasi Ikatan Dokter Indonesia. Ia mengaku baru mendengar ada praktik penjualan dan pemakaian alat keperawanan palsu.

IDI belum melakukan pengujian alat tersebut. Namun Khomeini menyarankan agar kaum Hawa menghindari pemakaian alat-alat yang berpotensi membahayakan karena dimasukkan ke dalam tubuh. “Prinsipnya, kalau benda yang tidak seharusnya ada di dalam tubuh kita terus kita masuk-masukin, itu nggak bagus,” katanya.

 

 

 

detikcom