Kisah Tragis Lembu Sora, Tewas di Istana Majapahit Akibat Fitnah Halayudha

oleh -2.191 views
Ilustrasi pasukan Majapahit dikomandoi Nambi menghadang Lembu Sora, Juru Demung dan Gajah Biru saat tiba dihalaman istana Majapahit atas tuduhan rencana pemberontakan.

Patrolmedia.co.id – Pertarungan berdarah Ranggalawe dan Kebo Anabrang di Sungai Tambak Beras pada 1295 Masehi, menjadi masalah baru bagi Lembu Sora, perintis Majapahit itu.

Di sungai itu, Ranggalawe meregang nyawa ditangan Kebo Anabrang. Sang paman, Lembu Sora yang menyaksikan kematian keponakan tersayangnya, tak kuasa menahan diri dan menikam Kebo Anabrang hingga tewas.

Kematian Ranggalawe dan Kebo Anabrang disebabkan karena ulah pejabat licik majapahit bernama Mahapati Halayudha yang menghasut Ranggalawe untuk memprotes kebijakan Raden Wijaya.

Setelah berhasil menghasut Ranggalawe, Halayudha juga memfitnah Lembu Sora atas tuduhan pemberontakan di Majapahit.

Tak heran, Halayudha yang merupakan sepupu Raden Wijaya itu memang berniat mengadu domba dan memfitnah semua pengikut setia Raden Wijaya, lantaran berambisi mengincar jabatan Rakryan Mapatih yang saat itu dijabat oleh Nambi.

Jika pada kisah Mahabarata ada tokoh Sengkuni, maka dalam sejarah ini provokatornya adalah Halayudha sang menteri di pemerintahan Wilwatikta.

Nama Mahapati Halayudha itu disebut dalam Kidung Sorandaka dan Serat Pararaton. Dia sangat berambisi menjabat patih amangku bumi, jabatan yang diduduki Nambi. Namun, dia belum menemukan kesalahan Nambi.

Dalam akal busuk Halayudha, dirinya terlebih dahulu menarget Lembu Sora, setelah itu Nambi. Namun, Halayudha menyadari hubungan Lembu Sora dan Prabu Wijaya tak terpisahkan.

Seperti tercatat dalam sejarah, Raden Wijaya memiliki abdi setianya yakni Lembu Sora, Arya Wiraraja, Ranggalawe, Kebo Anabrang dan Nambi.

Kelima tokoh itu adalah perintis yang selalu membantu Raden Wijaya, salah satunya berperang saat melumpuhkan serangan Jayakatwang hingga berdirinya negara Wilwatikta (kerajaan Majapahit) pada 1293 Masehi.

Kisah Ranggalawe yang Dianggap Pemberontak di Era Raden Wijaya